- Back to Home »
- BERITA BISNIS , BISNIS BAJU ONLINE , BISNIS MAHASISWA , BISNIS PAKAIAN »
- Tren Hijab Terus Berganti, Bisnis Kerudung Berkibar
Posted by : CABACA
Rabu, 04 September 2013
InfoAnyar.com - Tren
pemakaian hijab berhasil mendongkrak bisnis para pemainnya. Omzet mereka
pun turut bermekaran, bahkan penjualan mendominasi pemasukan dari
bisnis pakaian muslim. Potensi bisnis ini masih besar, karena makin
banyak perempuan berhijab.
Seperti pakaian, tren kerudung atau hijab juga terus berkembang. Menjadi bagian dari fashion, kreasi
model kain penutup kepala pun kian beragam. Tak heran, banyaknya
perempuan yang ingin cantik dengan berhijab pun membuat bisnis hijab
makin menawan.
Tengok saja, gerai yang khusus menjual
busana yang juga sering disebut jilbab ini kian gampang ditemui. Tak
hanya di pusat-pusat belanja, beberapa pemain bisnis ini juga membuka
gerai hijab di kompleks pertokoan pinggir jalan besar hingga gerai online.
Jelas, makin banyaknya pemain baru ini menandakan tingginya permintaan kain yang sering disebut jilbab ini. Yunki Syailendra, Marketing Manager PT
Rabbani Asysa, pun mengamininya. Ia melihat penjualan hijab di Rabbani
justru lebih dominan ketimbang produk lain. “Sekitar 60% disumbang dari
penjualan hijab,” tuturnya.
Asal tahu saja, Rabbani yang memiliki
tujuh gerai – yang disebut bunker – mampu membukukan penjualan Rp 750
juta hingga Rp 1 miliar setiap bulan. Selain bunker, Rabbani masih
memiliki 144 agen yang mampu meraup pendapatan Rp 150 juta per bulan
tiap agen. Nah, dengan kontribusi 60%, artinya pemasukan dari hijab
lebih dari Rp 1,75 miliar per bulan.
Segendang sepenarian, Dian Pelangi,
salah satu butik mode muslim yang banyak mengadopsi gaya Timur Tengah,
juga mendulang omzet besar dari penjualan hijab. Dian Wahyu Utami,
desainer sekaligus putri pemilik butik ini mengatakan, produk hijab
menyumbang 50% total omzet Dian Pelangi sebesar Rp 3 miliar tiap bulan.
Penjualan hijab juga marak di
pasar-pasar grosir seperti Tanah Abang dan Thamrin City. Chandra,
pemilik Family Collection & Scraft Group, toko khusus hijab di
Thamrin City, bilang, omzet penjualan hijab mencapai 10 kodi atau
senilai Rp 50 juta per minggu. Bahkan, bila bisnis sedang ramai,
penjualan bisa berlipat hingga 100 kodi. “Menjelang hari-hari besar umat
Islam banyak pembeli yang berasal dari daerah, seperti Banjarmasin,”
jelas Chandra.
Zidni Ilma, pemilik Family Collection
yang khusus melayani pembeli ritel pun mendapat berkah dari tren hijab
ini. Ia yang baru membuka tokonya empat bulan lalu, sudah bisa mencetak
omzet hingga Rp 40 juta sebulan. “Penjualan ritel lebih untung. Beda
profitnya bisa sampai 50%,” katanya.
Para penjual hijab online pun ikut
kecipratan rezeki maraknya gaya berhijab. Ratih Wulandari, pemilik Alifa
Store, juga bisa mendulang pendapatan hingga Rp 200 juta per bulan.
Mengawali usaha sejak awal tahun lalu, omzet Alifa terus menanjak. “Per
bulan, omzet naik 25% hingga 30%,” katanya.
Di gerai online miliknya, Ratih
menyediakan koleksi hijab cukup lengkap. Ia menjual hijab dari beberapa
produsen, seperti Faira, Zoya, Keiia, Nuhijab, Saqina, Hessa, Delima,
dan Idmonia. Dari penjualan hijab ini, Ratih mengantongi profit sekitar
30% hingga 40% dari omzet.
Lantaran mengandalkan internet,
pemasaran Alifa pun lebih mudah dan luas. Hingga kini, konsumen Alifa
telah merata di seluruh Indonesia, terutama di daerah-daerah yang tidak
memiliki toko hijab off-line di sekitarnya.
Permintaan stabil
Sama halnya dengan Ratih, Agustina
Udayasari, pemilik Rumah Muslimah Group, juga mengamini licinnya
keuntungan bisnis hijab. Diawali dengan bisnis kecil-kecilan di kantor,
Agustina merambah toko online dengan mengusung beberapa merek hijab, seperti Permata, Zoya, Rabbani, Shasmira, Zea Zenura, dan Azka.
Ia memperoleh margin keuntungan 30%
serta reward yang diberikan oleh produsen. Dari penjualan ritel dengan
kisaran harga Rp 70.000 sampai Rp 100.000 per potong, Rumah Muslimah
memperoleh omzet Rp 10 juta–Rp 20 juta setiap bulan. Sementara, dari
penjualan grosir, Agustina dapat meraup pendapatan minimal Rp 10 juta
per bulan, dengan harga jual Rp 10.000 sampai Rp 20.000 per potong.
Permintaan hijab memang terus menumpuk
dalam beberapa tahun terakhir. Selain kalangan pemakai kerudung yang
makin besar, banyak pula wanita muslim yang ingin tampil berhijab pada
saat tertentu.
Ini yang mendorong penjualan hijab ini
relatif stabil sepanjang tahun. Baik produsen maupun distributor
mengaku, gejala ini terjadi karena kebutuhan wanita muslim terhadap
hijab telah menyamai bahkan lebih tinggi dari kebutuhan mereka terhadap
pakaian. Akibatnya, tak lagi harus menunggu momen khusus, hijab pasti
selalu dibutuhkan. “Coba perhatikan, buat hijabers, satu baju saja bisa
dipadu tiga jilbab berbeda secara bergantian. Jadi, hijab lebih banyak
dicari ketimbang baju, memang,” ujar Ratih.
Apalagi, sejak banyaknya pengembangan
model dan kreasi pemakaian hijab. Hijab seolah menjadi produk yang tak
lagi terlihat kaku dan bertransformasi menjadi produk fashion yang selalu diburu, baik yang model langsungan (bergo), segi empat, maupun pasmina.
Bukan hanya model, bahan yang digunakan
pun juga semakin kaya. Ada yang berasal dari kain tenun, bordir, dan
sulam. Itulah yang menurut Ratih menjadi keunggulan hijab buatan
Indonesia dibanding dengan negara-negara lain.
Satu hal yang menarik dari bisnis hijab
ini, kini, konsumen nonmuslim juga ikut ketagihan bergaya dengan hijab,
terutama yang berbentuk selendang atau pasmina. Agustina pun sering
mendapat banyak pesanan dari konsumen nonmuslim ini.
Biasanya, mereka ini akan memadukan hijab sebagai syal, scarf,
atau bandana. Ada pula yang membeli untuk persiapan apabila harus
berkunjung ke kerabat mereka yang beragama Islam di hari raya atau
acara-acara keagamaan lainnya.
Namun, lanjut Agustina, belanja hijab sebetulnya dipengaruhi oleh kombinasi faktor life style, brand, dan
daya beli masyarakat yang semakin tinggi. Karena itu, mayoritas
produsen dan distributor yakin bahwa hingga lima tahun ke depan potensi
penjualan hijab masih terus ramai. Rabbani bahkan optimistis bakal mampu
mencatatkan peningkatan penjualan 300% tahun depan.
Alhamdulillah.
Sumber : PebisnisMuslim.com